Saturday, 17 May 2025

Tragedi Bus ALS di Padang Panjang: Rem Blong, 12 Nyawa Melayang

Padang Panjang, Sumatera Barat – Suasana pagi di Kota Padang Panjang yang biasanya damai berubah menjadi kepanikan dan duka pada Selasa, 6 Mei 2025. Sebuah bus Antar Lintas Sumatera (ALS) terguling di dekat Terminal Bukit Surungan, menewaskan 12 penumpang dan melukai 22 lainnya. Tragedi ini menyisakan tanya dan luka bagi banyak pihak.

Bus ALS dengan nomor polisi B 7512 FGA itu melayani rute Medan–Bekasi. Menurut catatan kepolisian, bus mengangkut 34 orang, termasuk dua sopir dan dua kernet. Angka ini kemudian direvisi dari laporan awal yang menyebutkan 35 penumpang. Kepolisian memastikan, meski tragis, bus tidak dalam kondisi kelebihan muatan.

Detik-detik Kecelakaan

Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Padang Panjang, Iptu Jamaluddin, menjelaskan kronologi awal kecelakaan. “Bus datang dari arah Bukittinggi menuju Kota Padang. Saat melintas dekat simpang Terminal Busur, diduga kuat rem bus tidak berfungsi dan menyebabkan bus terbalik,” katanya.

Desmo, salah satu penumpang yang selamat, duduk di baris ketiga belakang sopir saat kecelakaan terjadi. Ia mengaku bus sempat berhenti di Bukittinggi karena mengalami gangguan teknis. Di sanalah sopir pertama digantikan oleh sopir kedua.

“Kami berhenti di Bukittinggi sampai subuh, katanya ada yang diperbaiki. Tapi tidak ada pemberitahuan apapun ke penumpang. Setelah jalan lagi, tiba-tiba bus terbalik,” ujar Desmo dari bangsal rumah sakit, dengan luka di tangan dan kepala yang masih dibalut.

Pertanyaan soal Rem

Kepolisian menduga kecelakaan disebabkan oleh rem blong. Namun, pihak Perusahaan Otobus ALS membantah tuduhan itu. Humas PT ALS, Alwi Matondang, menyatakan bahwa bus dalam kondisi layak jalan sebelum berangkat.

“Sebelum berangkat semua sudah dicek. Kalau rem blong, mustahil bisa melintasi jalur Danau Toba yang jauh lebih menantang,” katanya.

Namun, data dari Kementerian Perhubungan justru menyebut bahwa bus tersebut tidak memiliki izin operasi aktif berdasarkan pantauan dari aplikasi Mitra Darat. Hal ini menambah lapisan kompleks dalam investigasi.

Proses Investigasi Berlanjut

Direktur Lalu Lintas Polda Sumbar, AKBP Muhammad Reza Chairul Akbar Sidiq, mengatakan tim Korlantas Polri tengah melakukan penyelidikan secara saintifik untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan. “Kami akan menyelidiki secara menyeluruh—mulai dari sistem pengereman, manajemen operasi perusahaan, hingga kelayakan sopir yang mengemudikan bus,” ujarnya.

Hingga kini, belum ada penetapan tersangka. Namun pihak berwenang menegaskan akan menindak tegas jika ditemukan adanya unsur kelalaian, baik dari perusahaan maupun sopir.

ALS, Antara Sejarah Panjang dan Tragedi Hari Ini

ALS bukanlah nama baru di dunia transportasi darat Indonesia. Didirikan pada 19 September 1966 oleh H. Sati Lubis dan enam saudaranya di Kotanopan, Mandailing Natal, perusahaan ini awalnya hanya mengangkut hasil bumi. Seiring waktu, ALS menjelma menjadi salah satu Perusahaan Otobus (PO) terbesar di Indonesia, menghubungkan kota-kota besar di Sumatera hingga Jawa.

Dengan ciri khas warna hijau dan slogan “cepat, tepat waktu, dan murah,” ALS telah menjadi andalan masyarakat lintas pulau selama puluhan tahun. Namun, tragedi di Padang Panjang kini mencoreng sejarah panjang itu.

Penutup: Luka yang Dalam dan PR Panjang

Kecelakaan ini kembali menjadi pengingat getir bahwa moda transportasi darat di Indonesia masih diwarnai oleh sejumlah masalah klasik: kelayakan armada, kejelasan izin operasi, dan manajemen keselamatan.

Keluarga korban kini hanya bisa menanti keadilan dan kepastian dari pihak berwenang. Sementara itu, masyarakat bertanya: berapa lagi korban yang harus jatuh sebelum sistem benar-benar dibenahi.(SM)