Jambi – Malam itu seharusnya biasa saja. Seperti malam-malam sebelumnya di Trona Ekspres, sebuah swalayan besar di Jalan Pattimura, Kota Jambi, deretan kendaraan mulai berkurang seiring para pengunjung yang pulang membawa belanjaan. Tapi sebuah mobil Innova abu-abu metalik dengan pelat BH 1065 ML tetap bertahan di tempatnya—terparkir diam, tapi mesinnya masih menyala.
Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB, Rabu, 7 Mei 2025. Petugas keamanan swalayan bersiap menutup gerbang. Namun pandangan mereka tertahan pada mobil itu—tak bergeming sejak pukul 16.00 WIB. Mesin berdengung pelan, namun tidak ada tanda-tanda pengemudi keluar.
Curiga, seorang satpam mendekat, mengetuk jendela. Tidak ada respons. Dari balik kaca, terlihat dua sosok—seorang laki-laki dan seorang perempuan—tertidur di bangku belakang. Posisi mereka tampak tenang, terlalu tenang untuk dianggap sedang beristirahat.
Merasa ada yang tidak beres, satpam memanggil rekannya. Setelah beberapa kali mengetuk dan memanggil tanpa hasil, mereka memutuskan memecahkan kaca jendela. Ketika pintu berhasil dibuka, ketegangan berubah menjadi horor: kedua sosok itu sudah tak bernyawa.
Cinta dalam Diam, Mati dalam Senyap
Kepolisian segera datang ke lokasi setelah laporan masuk ke Polsek Kota Baru. Identitas keduanya cepat diketahui. Laki-laki itu adalah MDH (23), seorang taruna Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), warga Alam Barajo. Perempuan itu, DWA (21), adalah seorang mahasiswi dari Telanaipura, Kota Jambi.
“Petugas menemukan keduanya di dalam mobil yang mesinnya masih menyala. Diduga sudah meninggal beberapa jam sebelumnya,” kata Kapolresta Jambi, Kombes Boy Sutan Binanga Siregar, Kamis (8/5/2025).
Pasangan muda itu tidak meninggalkan pesan, tidak ada luka fisik mencolok, dan tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh mereka. Polisi masih menyelidiki penyebab kematian, namun terkendala karena keluarga korban menolak autopsi. “Karena penolakan tersebut, penyebab pasti belum dapat disimpulkan,” ungkap Kapolsek Kota Baru AKP Jimi Fernando.
Spekulasi dan Kesedihan yang Menyebar
Berita kematian dua insan muda ini cepat menyebar di media sosial. Banyak yang berspekulasi—dari kemungkinan keracunan karbon monoksida, hingga hubungan emosional yang berujung tragis. Namun tanpa autopsi, semua itu tetap menjadi teka-teki.
Warganet bersimpati, tetapi juga tak sedikit yang mengangkat pertanyaan moral. Apakah ini kisah cinta yang berakhir terlalu cepat? Atau hanya nasib buruk di balik kabin yang tertutup rapat?
Tragedi dalam Ruang Tertutup
Kematian dalam mobil dengan mesin menyala dan jendela tertutup bukan hal baru. Karbon monoksida, gas beracun yang tak berwarna dan tak berbau, bisa memenuhi ruang kabin dengan cepat jika knalpot bocor atau ventilasi buruk. Gas ini menyingkirkan oksigen dalam tubuh tanpa peringatan. Korban bisa tertidur dan tidak pernah bangun.
Namun hingga penyebab resmi diumumkan atau ditemukan bukti kuat, kisah MDH dan DWA akan tetap menjadi misteri malam yang menggantung di langit Kota Jambi.
Dua Hidup yang Padam dalam Hening
Mereka datang dari dua dunia—taruna pemerintahan dan mahasiswi sipil. Tapi pada malam itu, mereka menyatu dalam kabin sunyi yang menyimpan kisah terakhir mereka. Entah cinta, entah kebetulan. Tapi kematian mereka mengingatkan kita bahwa hidup bisa berakhir seketika, bahkan di tempat yang paling tak terduga: parkiran swalayan yang sepi, dengan mobil yang tak pernah benar-benar pergi.(SM)