Keracunan Massal Pelajar Guncang PALI, Suara Tangis dan Sirine Bersahutan di RSUD Talang Ubi**
Sumatera Selatan – Senin (5/5), waktu menunjukkan pukul 16.39 WIB. Di RSUD Talang Ubi, suasana mendadak berubah menjadi ruang duka yang hiruk dan penuh jeritan. Puluhan pelajar dari lima sekolah datang bergelimpangan sebagian digendong orang tua, sebagian lain dipapah petugas medis, wajah pucat dan tubuh lemas.
Hari itu, menu makan siang di sekolah menjadi mimpi buruk bagi para siswa dan orang tua mereka. Diduga, ikan tongkol yang menjadi bagian dari ransum makan siang gratis menjadi pemicu keracunan massal yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Jeritan seorang ibu menggema di lorong IGD, menarik perhatian siapa pun yang berada di sana. Wajahnya panik, tangannya menggenggam anak yang sudah tak kuat berdiri. Anak itu lemas, matanya setengah tertutup, dan napasnya berat.
Beberapa pelajar menangis, beberapa muntah di sudut IGD. RSUD Talang Ubi berubah jadi zona darurat.
Menu hari itu: nasi putih, tempe goreng, sayur asam, dan ikan tongkol. Sebuah kombinasi sederhana yang berujung petaka. Wakil Bupati PALI, Iwan Tuaji, yang langsung turun ke rumah sakit bersama jajaran pemda, TNI, dan Polri.
Pemerintah menyebut total sementara ada 64 pelajar terdampak, tersebar di lima sekolah. Namun, angka itu bisa bertambah, mengingat laporan dari Puskesmas Talang Ubi yang juga menerima korban.
Di tengah kekacauan itu, banyak wali murid duduk di bangku ruang tunggu, memegang tangan anaknya yang kini dirawat. Tatapannya kosong. Mereka belum sepenuhnya percaya bahwa makan siang biasa bisa berubah jadi mimpi buruk.Kapolres PALI, AKBP Yunar Hotma, menyatakan bahwa pihaknya kini tengah melakukan pendataan dan akan menelusuri jalur distribusi makanan. Pemerintah juga mengerahkan tim dari Dinas Kesehatan dan ahli gizi untuk meninjau ulang prosedur makan siang gratis.
“Semua pihak akan bergerak sesuai tugas pokok masing-masing. Yang jelas, keselamatan anak-anak adalah yang utama,” ujar wakil Bupati.
Kini, perhatian tertuju pada hasil laboratorium yang akan menentukan: apakah benar si ikan tongkol menjadi biang kerok, atau ada kelalaian lain dalam proses penyajian?
Yang pasti, hari itu, bukan hanya anak-anak yang terguncang. Tapi juga kepercayaan orang tua terhadap makanan yang seharusnya menyehatkan.(SM)