Tuesday, 8 July 2025

Sumatera Selatan ‘Raja Api Dari Sumatera’

Di Atas Langit yang Terbakar: 289 Titik Panas Menghantui Bumi Nusantara

JAKARTA – Di balik awan-awan musim kering yang menggantung tak pasti, langit Indonesia kembali mengirimkan sinyal bahaya. Dari ketinggian ribuan kilometer di atas permukaan bumi, satelit-satelit pengintai seperti Terra/Aqua, SNPP, hingga NOAA, menangkap jejak-jejak panas yang membentuk pola-pola mencemaskan.

Sebanyak 289 titik panas atau hotspot terdeteksi di seluruh penjuru nusantara dalam 24 jam terakhir, menurut data Sistem Pemantauan SiPongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per Sabtu (7/6/2025), pukul 11.42 WIB. Angka ini meningkat 13 titik dibandingkan hari sebelumnya, pertanda bahwa bara api di bawah sana tak kunjung padam, bahkan mungkin menyala lebih lebar.

Titik-titik panas itu bukan sekadar angka. Mereka adalah alarm dini. Koordinat-koordinat diam yang bicara tentang tanah yang mengering, pepohonan yang menghitam, dan udara yang semakin sarat partikel debu dan jelaga. Dari ratusan itu, lima titik berada di tingkat kepercayaan tinggi—artinya, kemungkinan besar benar-benar terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sisanya, 279 titik di tingkat sedang, dan 5 titik di tingkat rendah.

Tingkat kepercayaan ini diukur dari skala 0 hingga 100. Semakin tinggi nilainya, semakin besar potensi kebakaran nyata terjadi di lokasi tersebut. Dalam konteks ini, Sumatera Barat kembali menjadi wilayah paling rentan dengan 49 titik panas—seolah mengulang skenario lama yang terus berulang.

Maluku Utara menyusul dengan 36 titik panas, lalu Jawa Timur dengan 23 titik, sementara Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur masing-masing mencatat 20 titik. Di belakangnya, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Selatan pun tak luput dari bara, masing-masing dengan 19 dan 16 titik panas.

Meski titik panas bukan bukti langsung kebakaran, namun kemunculannya yang bergerombol dan berulang pada lokasi tertentu selalu menjadi indikator paling awal dan paling valid dalam sistem pemantauan karhutla modern. Di era penginderaan jauh, satelit adalah penjaga senyap langit Indonesia—mencatat, mengingatkan, dan kadang menjerit dalam diam.

Di balik angka-angka ini, tersimpan bayangan suram. Asap yang bisa menutupi sekolah-sekolah, kebun yang berubah jadi abu, anak-anak yang terbatuk karena ISPA, dan hutan yang kehilangan napas. Setiap titik panas adalah potensi kehilangan.

Pemerintah dan masyarakat kini berdiri di persimpangan—antara respons cepat atau membiarkan bara itu menjadi nyala besar. Sebab sebagaimana sejarah membuktikan, api tak pernah menunggu.

Musim kemarau 2024 telah berlalu, tetapi jejak asapnya masih menggantung di langit Sumatera. Bukan hanya di udara, tapi juga di ingatan. Bukan hanya pada pohon-pohon yang hangus, tapi pada kegagalan sistematis yang tak lagi bisa ditutup-tutupi oleh konferensi pers atau tumpukan dokumen rencana aksi.

Sumatera Selatan memimpin luka, dengan hampir 10 ribu hektare lahan terbakar dan lebih dari 3.600 titik panas tercatat hingga akhir September. Jambi, Sumatera Barat, hingga Riau, tak jauh berbeda: titik-titik panas menyebar seperti luka yang tak kunjung sembuh.

Yang membara bukan hanya lahan. Tapi kemarahan publik yang lelah melihat ritual penanggulangan karhutla yang saban tahun hanya berubah di kata-kata, bukan di hasil.

Pemerintah bersuara. Seperti biasa. Rapat darurat digelar, satgas dibentuk, helikopter water bombing diterbangkan, tapi selalu terlambat satu musim.

“Kami sudah siap siaga,” begitu kata pejabat pusat di bulan Juli. Tapi pada September, kabut asap sudah membuat anak-anak di Ogan Ilir dan OKI batuk tak henti, sekolah ditutup, ekonomi lesu. Dan “siaga” hanya jadi kata di atas meja rapat ber-AC.

Aparat di lapangan memang bekerja, tapi kerja hanya ala kadar untuk menghabiskan sisa anggaran yang belum dikuras. Dari hasil pumutan pajak pajak masyarakat. Tak cukup cepat, tak cukup gesit, tak cukup banyak, dan hhanya cukup sebatas seremonial foto selfie dilokasi yang terbakar. Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar yang punya konsesi lahan terbakar, tetap berjalan tanpa banyak jeratan.

Di desa-desa kecil di pesisir Musi dan Merangin, petani menggigit bibir melihat ladang mereka jadi arang. “Kalau api kecil, kami padam sendiri. Tapi kalau sudah besar? Tidak ada yang datang,” kata Pak Sudin, petani karet di Banyuasin.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di beberapa wilayah bahkan mengaku kekurangan dana operasional dan alat berat, mereka membutuhkan lebih banyak lagi angaran dari uang rakyat. Sebagian titik api dibiarkan padam dengan sendirinya, karena medan sulit dan logistik tak sampai.

Setiap tahun, ketika karhutla meledak, yang disalahkan selalu sama, cuaca kering, El Niño, pembukaan lahan oleh warga, dan tentu saja.

Di mana keberanian untuk mencabut izin perusahaan pembakar lahan? Di mana prioritas membangun sistem deteksi dini yang bisa diakses hingga ke tingkat desa? Mengapa anggaran penanganan justru lebih besar dari tindakan pencegahan?

Karhutla bukan sekadar bencana ekologis. Ia adalah potret telanjang dari kegagalan negara hadir di saat paling dibutuhkan. Ia menunjukkan bagaimana kebijakan setengah hati dan aparatur yang tidak dibekali, akhirnya hanya menghasilkan rutinitas krisis tahunan.

Dan kini, 2024 menjadi catatan merah lain dalam buku panjang karhutla Indonesia. Sementara hutan makin sedikit, air tanah makin surut, dan harapan warga makin tipis.

Asap boleh hilang ditiup angin, tapi bau gagalnya tanggung jawab negara tak mudah lenyap. Peringkat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Sumatera sepanjang tahun 2024, berdasarkan data titik panas (hotspot) dan luas lahan terbakar yang tersedia, Peringkat pertama Karhutla di Pulau Sumatera dipegang, Provinsi Sumatera Selatan yang mendapat julukan raja api dari Sumatera, dengan Jumlah hotspot 3.684 titik terpantau sepanjang (Januari–September 2024) dengan Luas lahan terbakar: 9.697 hektare.

Puncak kebakaran, terjadi September 2024 dengan 1.540 hotspot dan 6.749 hektare lahan terbakar .juara kedua Sumatera Barat dengan Jumlah hotspot 30 titik (11 Desember 2024)

Sumatera Selatan. Di tahun 2024, dinobatkan sebagai ‘Raja Api dari Sumatera’ sebuah mahkota yang bukan dibanggakan, tapi mengkhawatirkan. Di provinsi Sumatera Selatan setiap tahun selalu berulang terjadi kebakaran lahan dengan tingkat sekala ekstrem. (SM)

Data Karhutla 2024 di Pulau Sumatera
1. Sumatera Selatan
Luas lahan terbakar: 15.422,5 hektare
Puncak kebakaran: September 2024 dengan 6.749 hektare terbakar
Jumlah hotspot: 1.540 titik pada September 2024

2. Jambi
Luas lahan terbakar: 1.078,5 hektare (hingga 15 Oktober 2024)
Komposisi lahan terbakar: 45,07% lahan gambut, 54,93% lahan mineral
Jumlah hotspot: 2.295 titik

3. Riau
Luas lahan terbakar: 681 hektare (Januari–Juni 2024)
Jumlah hotspot: 199 titik, dengan 44 titik firespot

4. Sumatera Barat
Jumlah hotspot: 49 titik (7 Juni 2025)

Untuk informasi lebih lanjut dan data terkini, Anda dapat mengakses situs resmi SiPongi KLHK: https://sipongi.menlhk.go.id.

Berita Terbaru

Diplomasi dari Belantara: Gajah, Raja, dan Janji Hijau Prabowo-Charles di Jantung Aceh
19 Jun

Diplomasi dari Belantara: Gajah, Raja, dan Janji Hijau Prabowo-Charles di Jantung Aceh

Aceh Tengah – Kabut pagi menyelimuti lereng Pegunungan Peusangan saat langkah kaki gajah Sumatera memecah keheningan hutan. Di antara kicau

Jenderal Gerilya Vs Jenderal Meja
18 Jun

Jenderal Gerilya Vs Jenderal Meja

//Sengketa 4 Pulau dan Bara Dingin di Jantung Istana Jakarta—Drama politik Indonesia kembali bergelora, kali ini dari garis perbatasan laut

Permen ESDM No 14 Tahun 2025 Resmi Legalkan Tambang Rakyat
15 Jun

Permen ESDM No 14 Tahun 2025 Resmi Legalkan Tambang Rakyat

Permen ESDM No 14 Tahun 2025 Resmi Legalkan Tambang Rakyat JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Jalur Neraka dari Laut Timur Sumatera:
11 Jun

Jalur Neraka dari Laut Timur Sumatera:

Ketika Pulau-Pulau Jadi Pintu Masuk Emas Bagi Kartel Sabu Asia   Pulau Sumatera — Di tengah birunya lautan dan ketenangan

Empat Pulau, Dua Provinsi Kisruh : Aceh Vs Sumut Membara
11 Jun

Empat Pulau, Dua Provinsi Kisruh : Aceh Vs Sumut Membara

    Aceh– Di perairan barat Indonesia, empat pulau kecil menjadi pemantik polemik besar. Pulau Mangkir Gadang, Mangkir Ketek, Lipan,

Gizi dan Gengsi: Saat Program Bergizi Dibalut Seremoni Elitis di Muratara
08 Jun

Gizi dan Gengsi: Saat Program Bergizi Dibalut Seremoni Elitis di Muratara

SUMATERA SELATAN-Semestinya soal pemenuhan gizi anak-anak tak butuh panggung megah. Namun baru baru ini kegiatan program Makan Bergizi Gratis (MBG)

berita terkini

Diplomasi dari Belantara: Gajah, Raja, dan Janji Hijau Prabowo-Charles di Jantung Aceh
19 Jun

Diplomasi dari Belantara: Gajah, Raja, dan Janji Hijau Prabowo-Charles di Jantung Aceh

Aceh Tengah – Kabut pagi menyelimuti lereng Pegunungan Peusangan saat langkah kaki gajah Sumatera memecah keheningan hutan. Di antara kicau

Jenderal Gerilya Vs Jenderal Meja
18 Jun

Jenderal Gerilya Vs Jenderal Meja

//Sengketa 4 Pulau dan Bara Dingin di Jantung Istana Jakarta—Drama politik Indonesia kembali bergelora, kali ini dari garis perbatasan laut

Permen ESDM No 14 Tahun 2025 Resmi Legalkan Tambang Rakyat
15 Jun

Permen ESDM No 14 Tahun 2025 Resmi Legalkan Tambang Rakyat

Permen ESDM No 14 Tahun 2025 Resmi Legalkan Tambang Rakyat JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Jalur Neraka dari Laut Timur Sumatera:
11 Jun

Jalur Neraka dari Laut Timur Sumatera:

Ketika Pulau-Pulau Jadi Pintu Masuk Emas Bagi Kartel Sabu Asia   Pulau Sumatera — Di tengah birunya lautan dan ketenangan

Empat Pulau, Dua Provinsi Kisruh : Aceh Vs Sumut Membara
11 Jun

Empat Pulau, Dua Provinsi Kisruh : Aceh Vs Sumut Membara

    Aceh– Di perairan barat Indonesia, empat pulau kecil menjadi pemantik polemik besar. Pulau Mangkir Gadang, Mangkir Ketek, Lipan,

Gizi dan Gengsi: Saat Program Bergizi Dibalut Seremoni Elitis di Muratara
08 Jun

Gizi dan Gengsi: Saat Program Bergizi Dibalut Seremoni Elitis di Muratara

SUMATERA SELATAN-Semestinya soal pemenuhan gizi anak-anak tak butuh panggung megah. Namun baru baru ini kegiatan program Makan Bergizi Gratis (MBG)