Musi Rawas, Sumatera Selatan – Kamis pagi yang mestinya berjalan tenang berubah mencekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas. Sekitar pukul 11.00 WIB, kepulan asap membubung dari balik dinding penjara. Jeritan petugas bercampur teriakan warga binaan terdengar menggema. Lapas terbakar, dan kerusuhan pun pecah.
Insiden bermula dari kegiatan rutin: razia handphone oleh petugas lapas. Namun yang terjadi justru di luar dugaan. Sejumlah warga binaan menolak keras razia tersebut, yang memicu aksi protes hingga berujung pembakaran dan pengrusakan fasilitas lapas. Api mulai melalap beberapa ruangan, kaca-kaca pecah berhamburan, dan situasi seketika berubah tak terkendali.
Lapas Muara Beliti dihuni oleh sekitar 1.000 lebuh warga binaanangka yang jauh melebihi kapasitas ideal. Jumlah petugas yang terbatas menjadi tantangan besar dalam mengendalikan situasi darurat. Dalam kekacauan, beberapa petugas dilaporkan sempat terjebak di dalam kompleks lapas.
Menanggapi kerusuhan, aparat dari Polres Musi Rawas dan satuan Brimob segera dikerahkan. Mereka mengepung area lapas dan memulai proses evakuasi serta pengamanan. Kepala Lapas, Ronal, belum memberikan keterangan resmi saat kejadian berlangsung, sementara situasi di lapangan menunjukkan ketegangan tinggi.
Kapolda Sumsel, Irjen Pol Andi Rian R. Djajadi, melalui Kabid Humas Kombespol Nandang Mukmin Wijaya membenarkan insiden tersebut. Namun, ia menyebut masih menunggu laporan lengkap karena proses pengamanan sedang berjalan. “Semoga tidak ada korban jiwa dan situasi bisa segera kondusif,” ujarnya singkat.
Beberapa jam setelah kerusuhan, situasi perlahan mereda. Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Sumsel, Erwedi, memastikan bahwa sekitar pukul 11.15 WIB, seluruh warga binaan telah kembali ke blok masing-masing. “Saat ini sudah berangsur kondusif,” ujarnya.
Erwedi menjelaskan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat sesaat setelah menerima laporan dari Kalapas Muara Beliti. Meski penyebab kerusuhan belum bisa dipastikan secara resmi, Erwedi memastikan bahwa seluruh petugas lapas akan dimintai keterangan.
“Kami masih melakukan penyelidikan internal. Penyebab belum dapat kami sampaikan, karena masih perlu koordinasi lebih lanjut dengan pusat,” katanya.
Kerusuhan di Lapas Muara Beliti menjadi sinyal serius atas persoalan klasik yang terus membayangi lembaga pemasyarakatan: over kapasitas, minimnya pengawasan, dan ketimpangan antara jumlah narapidana dan petugas.
Apa yang terjadi di balik jeruji hari itu bukan sekadar pembangkangan, tetapi cermin dari kegentingan sistem yang menunggu pembenahan menyeluruh. Untuk sementara, Muara Beliti mungkin telah kembali tenang, namun pertanyaannya kini mengarah ke satu hal: kapan sistem ini akan benar-benar aman dan manusiawi.(SM)